Makalah Kuliah
Kegiatan belajar mengajar melibatkan
beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran,
isi pelajaran, metode mengajar, media dan evaluasi. Tujuan pembelajaran adalah
perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah
mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti : perubahan yang secara psikologis
akan tampil dalam tingkah laku (over
behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik
tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
BAB II
Mengingat dengan Asosiasi Visual.
BAB III
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
dunia pendidikan atau persekolahan kita di Indonesia jenis – jenis belajar
sudah banyak dikenal. Akhir – akhir ini timbul pikiran baru pendidikan di
sekolah yaitu guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning
style) siswa. Pemikiran itu timbul mengingat hasil penelitian dalam
mencari metode mengajar mana yang paling sesuai dalam mengajar, ternyata
semuanya gagal karena setiap mengajar afektifitasnya sangat tergantung pada
cara atau gaya siswa belajar disamping sifat pribadi kesanggupan
intelektualnya.
Oleh
karena itu, mengetahui gaya belajar setiap siswa serta berupaya memperbaiki
gaya belajar siswa yang kurang baik. Bagi seorang guru adalah suatu usaha yang
sangat penting artinya dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.
Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM)
melalui kegiatan pengajaran. Ada dua buah konsep kependidikan yang berkaitan
dengan lainnya, yaitu belajar ( learning
) dan pembelajaran ( intruction ).
Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar
pada pihak pendidik.
Dalam
proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan
pendidik. Peserta didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari,
penerima pelajaran yang dibutuhkannya, sedang pendidik adalah seseorang atau
sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar dan
seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar
mengajar yang efektif.
1
|
Tujuan
pembelajaran yang diinginkan tentu yang optimal, untuk itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan oleh pendidik, salah satu diantaranya yang menurut
penulis penting adalah metodologi mengajar.
Mengajar
merupakan istilah kunci yang hampir tak pernah luput dari pembahasan mengenai
pendidikan karena keeratan hubungan antara keduanya. Metodologi mengajar dalam
dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses
Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Jika cara
mengajar gurunya enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias
menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan
dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya
hidupnya.
Metodologi
mengajar banyak ragamnya, kita sebagai pendidik tentu harus memiliki metode
mengajar yang beraneka ragam, agar dalam proses belajar mengajar tidak
menggunakan hanya satu metode saja, tetapi harus divariasikan, yaitu
disesuaikan dengan tipe belajar siswa dan kondisi serta situasi yang ada pada
saat itu, sehingga tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh pendidik dapat
terwujud/tercapai. Dalam mencapai tujuan beberapa faktor yang mempengaruhi
hasil belajar yaitu:
1. Faktor
internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani dan
rohani siswa
2. Faktor
ekstenal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa.
3. Faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang
meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
pembelajaran materi-materi pelajaran.
Dengan memperhatikan beberapa factor
di atas kita dapat melakukan berbagai pendekatan dalam mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran.
|
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tipologi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tipologi adalah ilmu
watak tentang bagian manusia dalam golongan – golongan menurut corak
watak masing – masing.[1] Tipologi belajar yang dimaksud dalam pokok
pembahasan ini diartikan dengan jenis – jenis belajar dan gaya – gaya belajar.[2]
Beberapa
Tipe Belajar Siswa Sebagai Berikut :
1. Tipe Belajar Visual.
Bagi
siswa yang bertipe belajar visual, yang mememgang peranan penting adalah mata /
penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru
sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke
obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan
tulis.Ciri-ciri Tipe Belajar Visual :
-
Bicara
agak cepat
-
Mementingkan
penampilan dalam berpakaian/presentasi
-
Tidak
mudah terganggu oleh keributan
-
Mengingat
yang dilihat, dari pada yang didengar
-
Lebih
suka membaca dari pada dibacakan
-
Pembaca
cepat dan tekun
-
Seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
-
Lebih
suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
-
Lebih
suka musik dari pada seni
-
Mempunyai
masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali
minta bantuan orang untuk mengulanginya
-
3
|
2. Tipe Belajar Auditif.
Siswa
yang bertipe auditif mengandalakan kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat
pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Karena akan sia-sialah guru yang menerangkan
kepada siswa tuli, walaupun guru tersebut menerangkan dengan lantang , jelas
dan dengan intonasi yang tepat.
Ciri-ciri
Tipe Belajar Auditif :
-
Saat
bekerja suka bicaa kepada diri sendiri
-
Penampilan
rapi
-
Mudah
terganggu oleh keributan
-
Belajar
dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang
dilihat
-
Senang
membaca dengan keras dan mendengarkan
-
Menggerakkan
bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
-
Biasanya
ia pembicara yang fasih
-
Lebih
pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
-
Lebih
suka gurauan lisan daripada membaca komik
-
Mempunyai
masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual, seperti memotong
bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain
-
Berbicara
dalam irama yang terpola
-
Dapat
mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara.
3. Tipe Belajar Kinestetik.
Siswa
yang bertipe belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan. Ciri-ciri
Tipe Belajar Kinestetik :
-
Berbicara
perlahan
-
Penampilan
rapi
-
Tidak
terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
-
Belajar
melalui memanipulasi dan praktek
-
Menghafal
dengan cara berjalan dan melihat
-
Menggunakan
jari sebagai petunjuk ketika membaca
-
Merasa
kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
-
Menyukai
buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
-
Menyukai
permainan yang menyibukkan
-
Tidak
dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat
itu
-
Menyentuh
orang untuk mendapatkan perhatian mereka Menggunakan kata-kata yang mengandung
aksi
4. Tipe Belajar Taktil.
Taktil
artinya rabaan atau sentuhan. Siswa yang seperti ini penyerapan hasil
pendidikannya melaui alat peraba yaitu tangan atau kulit.
Contoh
: mengatur ruang ibadah, menentukan buah-buahan yang rusak (busuk).
5. Tipe Belajar Olfaktoris.
Keberhasilan
siswa yang bertipe olfaktoris , tergantung pada alat indra pencium, tipe siswa
ini akan sangat cepat menyesuaikan dirinya dengan suasana bau lingkungan.
Siswa
tipe ini akan cocok bila bekerja di : laboratorium
6. Tipe Belajar Gustative.
Siswa
yang bertipe gustative ( kemampuan mencicipi ) adalah mereka yang mencirikan
belajarnya lebih mengandalkan kecapan lidah. Mereka akan lebih cepat memahami
apa yang dipelajarinya melalui indra kecapnya.
7. Tipe Belajar Kombinatif.
Siswa
bertipe kombinatif adalah siswa yang dapat dan mampu mengikuti pelajaran dengan
menggunakan lebih dari satu alat indra.Ia dapat menerima pelajaran dangan mata
dan telinga sekaligus ketika belajar.
C.
Jenis
– Jenis Belajar
Dalam dunia pendidikan atau
persekolahan kita di Indonesia, jenis – jenis belajar yang sudah banyak dikenal
atau ditekankan dalam kurikulum sekolah ialah jenis-jenis belajar yang
dikemukakan oleh Bloom yang dikenal dengan “Taksonomi Bloom”. Menurut Bloom
jenis proses atau hasil belajar yang harus dicapai siswa itu dapat dibagi dalam
tiga kategori yaitu jenis belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
Robert M. Gagne mengembangkan jenis
– jenis belajar tersebut secara lebih luas menjadi lima kategori, sebagaimana
yang diuraikan dalam bukunya yang terkenal The Conditions of Learning, yaitu:
1. Belajar Informasi Verbal
2. Belajar Kemahiran Intelektual
3. Belajar Pengaturan Kegiatan
Kognitif atau Intelektual
4. Belajar Sikap
1. Belajar Informasi Verbal
Belajar Informasi Verbal ialah belajar untuk memperoleh
pengetahuan yang dimiliki dengan menggunakan bentuk bahasa lisan atau tertulis.
Informasi verbal merupakan pengetahuan yang penting artinya bagi kehidupan
manusia dengan informasi verbal inilah kita dapat berkomunikasi dengan orang
lain dan dapat mengatur kehidupan sehari – hari.
Apabila dihubungkan dengan konsep Bloom, informasi verbal
ini termasuk aspek kognitif: pengetahuan fakta atau ingatan. Di sekolah,
pengetahuan fakta atau informasi verbal ini dapat dipelajari atau diperoleh
dari berbagai bidang studi, sehingga siswa memiliki seperangkat pengetahuan
yang berguna untuk hidupnya.
2. Belajar Kemahiran Intelektual
Lemahiran intelektual ialah kemampuan untuk berhubungan
dengan lingkungan disekitarnya dan dengan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi,
khususnya konsep dan berbagai lambang atau simbol (huruf, angka, kata, gambar)
ada 4 sub kemampuan intelektual yang diturutkan secara hierarkis sebagai
berikut :
a. Persep
Persep ialah hasil mental dari pengamatan. Persep ini berupa
kemampuan mengadakan diskriminasi. Dengan pengamatan orang mengadakan
diskriminasi antara benda – benda baik dari segi bentuk, warna, ukuran dan
sebagainya, sehingga orang dapat membedakan berbagai benda atau hal dari
ciri-ciri fisiknya yang berlainan.
b. Konsep
Konsep
atau pengertian ialah satuan arti yang mewakili sejumlah objek atau benda yang
mempunyai ciri – ciri yang sama. Konsep ini dibedakan menjadi dua yaitu :
1)
Konsep
Konkrit
Konsep konkrit ialah pengertian yang menunjuk kepada
objek-objek dalam lingkungan fisik. Konsep ini diperoleh melalui pengamatan
terhadap lingkungan hidup yang berwujud nyata.
2)
Konsep
yang harus didefinisikan
Konsep yang harus didefinisikan
adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada
realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berwujud dan
tidak dapat diamati secara langsung.
c. Kaidah
Kaidah ialah pengungkapan dari hubungan antara beberapa
konsep, ungkapan itu biasanya dalam bentuk bahasa/kalimat.
d. Prinsip
Prinsip ini terjadi melalui kombinasi dari beberapa kaidah.
Prinsip merupakan kaidah yang bertaraf lebih tinggi dan lebih komplek.
Berdasarkan prinsip yang dipegang (sebagai landasan berpikir atau bertindak).
3. Belajar pengaturan Kegiatan
Kognitif/Intelektual
Pengaturan kegiatan intelektual ialah kemampuan untuk
mengatur aktifitas inteleknya sendiri. Gagne menyebut kegiatan intelektual atau
kognitif dengan “Cognitive strategy”
yaitu sebagai cara menangani aktifitas belajar dan berfikir sendiri. Kemampuan
mengatur kegiatan kognitif pada diri sendiri ini mempunyai kegunaan yang luas
sekali. Makin mampu seseorang dalam hal ini, akan makin baik pula hasil
pemikiran mereka dalam menghadapi/memecahkan setiap masalah.
4. Belajar Keterampilan Motorik
Keterampilan ini disebut “ motorik” karena keterampilan ini
melibatkan secara langsung otot, urat dan persendian, sehingga keterampilan
benar-benar berakar pada kejasmanian.
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu
melakukan serangkaian gerakan tubuh dalam urutan tertentu dengan mengadakan
koordinasi gerakan-gerakan anggota tubuh secara terpadu.
5. Belajar Sikap
Sikap merupakan
faktor internal yang sangat berperan dalam mengambil tindakan atau
perbuatan, apalagi bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak atau
berbuat.[4]
D.
Gaya
Belajar
Akhir-akhir
ini timbul pikiran baru dalam pendidikan di sekolah, yaitu guru dalam mengajar
harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa. Pemikiran itu timbul
mengingat hasil penelitian dalam mencari metode mengajar mana yang paling
sesuai untuk mengajar efektifitasnya akan sangat tergantung pada cara atau gaya
siswa belajar di samping sifat pribadi dan kesanggupan intelektualnya.[5]
Oleh karena itu mengetahi gaya
belajar setiap siswa serta berupaya memperbaiki gaya belajar siswa yang kurang
baik bagi seorang guru adalah merupakan suatu usaha yang sangat penting artinya
dalam upaya mewujudkan keberhasilan mengajar.
1.
Gaya
Belajar Siswa pada Permulaan Belajar
Gaya belajar ini ada dua macam, yaitu: Field Dependence dan
Field Independence. Gaya belajar Field Dependence ialah gaya belajar siswa yang
mau memulai belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari orang lain (guru
atau orang tua). Sebaliknya, pada gaya belajar Field Independence, siswa mau
belajar secara mandiri tanpa harus disuruh atau dipengaruhi orang lain. Gaya
belajar independence inilah yang sebaiknya terjadi pada setiap permulaan
belajar.
2.
Gaya
Belajar Siswa dalam Menerima Pelajaran
Ada dua macam gaya belajar siswa dalam menerima pelajaran,
yaitu: gaya Preceptive dan gaya Receptive. Gaya belajar Preceptive ialah
kecenderunga siswa dalam menerima pelajaran atau informasi atau dalam
mengumpulkan informasi dalam belajar dilakukan dengan beraturan yaitu dengan
mengadakan organisasi atau hubungan terhadap hal-hal atau konsep-konsep dari
informasi yang diterimanya agar dapat dikenali atau dipahami secara bulat atau
utuh.
Sedangkan pada gaya belajar Receptive, kecenderungan siswa
dalam menerima pelajaran dilakukan dengan menerima informasi (yang disampaikan
guru atau disajikan oleh buku) secara detail, tanpa berusaha untuk membulatkan
atau mengorganisir konsep-konsep informasi yang diterimanya.
3.
Gaya
Belajar Siswa dalam Menyerap Pelajaran
Gaya belajar siswa pada waktu menyerap pelajaran ada dua
macam, yaitu gaya Impulsive dan gaya Reflective. Gaya belajar Impulsive ialah
gaya siswa dalam menyerap pelajaran cenderung untuuk cepat – cepat mengmbil
keputusan tanpa memikirkan secara mendalam untuk memahami konsep – konsep
informasi yang telah diterimanya. Sebaliknya siswa yang bergaya Reflective
dalam menyerap pelajaran mereka akan mempertimbangkan atau memikirkan semua
konsep informasi yang telah diterimanya terlebih dahulu sebelum diambil keputusan
atau dipahami.
4.
Gaya
Belajar Siswa dalam Memecahkan Masalah
Dalam memecahkan masalah atau dalam menjawab
soal/permasalahan yang diajukan guru, ada dua macam, yaitu; gaya Intuitive dan
gaya Sistimatis. Pada gaya intuitif siswa dalam memecahkan atau menjawab soal
dilakukan hanya secara intuisi atau menutup perasaannya saja. Sedangkan bagi
siswa yang sistimatis gaya belajarnya dalam menjawab permasalahan tidak
dilakukan secara trial and error, tetapi dengan cara sistematis yaitu dimulai
dengan melihat stuktur masalahnya, kemudian jawaban yang paling tepat untuk
menjawab masalah.[6]
E.
Modifikasi
Gaya Belajar Siswa
Sebagaimana telah diuraikan di atas, ada beberapa gaya
belajar yang baik yang perlu dipupuk dan dilestarikan serta ada pula gaya
belajar siswa yang kurang baik yang perlu segera dimodifikasi oleh guru.
Gaya belajar siswa yang perlu diperbaiki atau dimodofikasi
tersebut adalah gaya belajar: Field Dependence dalam memulai belajar; gaya
belajar Receptive dalam menerima pelajaran, gaya belajar intuitive dalam
menjawab atau memecahkan masalah.
a. Memperbaiki Gaya Belajar Field
Dependence
Tujuan
modifikasi gaya belajar Field Dependence ini ialah agar siswa secara berangsur-angsur
mau belajar sendiri atau mandiri tidak harus diperintah atau disuruh untuk
belajar oleh guru atau oleh orang tua.
Cara yang
harus dilakukan guru adalah:
1)
Dalam
setiap mengajar guru harus selalu membangkitkan mitivasi intrinsik kepada diri
siswa.
2)
Setiap
selesai mengajar guru harus memberikan tugas resitasi atau pekerjaan rumah.
3)
Upayakanlah
performance dan tindakan atau perlakuan guru dalam mengajar dapat membantu
membangkitkan minat siswa kepada pelajaran.
4)
Usahakanlah
agar setiap siswa dalam belajar memperoleh kepuasan melalui prosedur didaktis
pedagogis yang memungkinkan.
b. Mempengaruhi Gaya Belajar Receptive
Tujuan
memodifikasi gaya belajar Receptive ini ialah agar siswa dalam menerima
pelajaran jangan diingat secara detail, tetapi harus diorganisir agar dapat
dikenali atau dipahami secara bulat.
Cara
memodifikasinya adalah:
1)
Dalam
setiap mengajar guru harus membuat kerangka uraian atau skema pelajaran yang
akan disampaikan.
2)
Perlu
diingatkan kepada siswa agar jangan menerima pelajaran secara detail, tetapi
diorganisir atau dibulatkan.
3)
Uraikanlah
penjelasan-penjelasan guru dengan lambat-lambat agar dapat diikuti de ngan baik
oleh siswa.
4)
Setiap
selesai menguraikan bagian-bagian inti pelajaran guru harus mengajukan
pertanyaan untuk mencek penguasaan atau pemahaman informasi yang telah
disampaikan.
c. Memperbaiki Gaya Belajar yang
Impulsive
Tujuan
memperbaiki gaya belajar ini ialah agar siswa dalam menyerap pelajaran jangan
dihafal seluruhnya tetapi harus dipahami.Cara yang harus dilakukan oleh guru dalam
memperbaiki gaya impulsive ini ialah:
1) Ingatkan kepada siswa agar jangan
tergesa-gesa dalam menyerap pelajaran.
2) Dengarkan dulu baik-baik informasi
atau penjelasan guru kemudian disusun dan dipikirkan dengan baik untuk
dipahami.
3) Seperti halnya cara memperbaiki gaya
Receptive, dalam memperbaiki gaya Impulsive iini guru dalam mengajar harus
membuat kerangka atau skema uraian dipapan tulis dan setiap selesai mengajar
bagian – bagian pelajaran harus disusul dengan mengajukan pertanyaan untuk
mencek kemampuan/keberhasilan siswa dalam menyerap pelajaran.
d. Memperbaiki Gaya Belajar Intuitif
Tujuan
memperbaiki gaya belajar intuitif ini ialah agar siswa dalam memecahkan atau
menjawab permasalahan jangan secara trial
and error, tetapi terbiasa untuk menjawab masalah secara sistematis. Cara
memperbaikinya ialah:
1) Ingatkan kepada siswa agar jangan
menjawab pertanyaan menurut perasaann atau bisikan hati saja.
2) Dengar, simak dulu permasalahan yang
diajukan dengan sebaik – baiknya, perhatikan stuktur masalahnya yang perlu
dijawab.
3) Kumpulkan data atau alternatif
jawaban yang mungkin berkaitan dengan struktur permasalahan.
Semua cara modifikasi yang
disarankan di atas apabila dapat dilaksanakan secara kontinyu dan terorganisir
secara integral dalam pelaksanaannya dapat diharapkan akan mampu memperbaiki
gaya belajar tidak baik pada diri siswa.
|
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik
dan dipraktekkan pada saat mengajar.
2.
Tipe belajar peserta didik perlu diketahui oleh pendidik,
melalui observasi agar pendidik dapat menyesuaikan metode apa yang akan diterapkan
pada saat mengajar.
3.
Tipe belajar siswa berbeda-beda, karena banyak faktor yang
mempengaruhi, diantaranya : lingkungan tempat tinggal, keluarga, orang tua, dan
sebagainya.
4.
Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran
(pembelajaran) selalu berfikir bagaimana murid-muridnya, apakah murid-muridnya
dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah murid mengalami proses belajar,
apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan kematangan anak, dan
sebagainya.
B.
Saran
1.
Metode mengajar hendaknya disesuaikan dengan tipe belajar
siswa agar apa yang disampaikan dapat dicerna, dikuasai, dan dimengerti oleh
peserta didik.
2.
Hendaknya pendidik mengenal dan memahami peserta
didiknya.
3.
Pendidik hendaknya memiliki keterampilan metode mengajar
yang bervariasi.
4.
Bagi mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya
secara antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan , khususnya
yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan.
DAFTAR PUSATAKA
Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia,
Surabaya : Karya Agung, 1996.
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta
: Pedoman Ilmu Jaya, 2007.
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi Pendidikan dan
Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1997.
Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan, Jakarta
: PT Raja Grafindo Persada, 2008.
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta
: Kencana Prenada Media Group, 2008.
H.C. Witherington, Psikologi Pendidikan, Jakarta
: Aksara Baru, 1978.
0 komentar:
Posting Komentar