Makalah Akidah Akhlak
Menghindari Perilaku Ghadhab,
Ghibah, Takabur, Fitnah, Ujub, Sum’ah, Riya’
Oleh:
Mistiyah
STAIN Jurai Siwo Metro
Manusia adalah makhluk Allah yang dimuliakan
dan dijadikan-Nya sebagai khalifah dimuka bumi dengan tugas pokok mengabdikan
diri kepada Allah SWT.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat (51) :56)
Agar manusia mampu
menjadi hamba Allah yang ideal dengan tugas pokoknya mengabdikan diri, Allah sebagai
Dzat yang maha bijaksana telah menurunkan syari’at Islam yang bersumber kepada
Al-Quran dengan mengutus Muhammad SAW sebagai Rosul-Nya untuk
menjelaskan
kandungan syari’at Islam dan sekaligus memberikan contoh nyata bagaimana
mengaflikasikan itu semua dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan potensi akal yang
telah dianugrahkan Allah untuk dapat menyerap dan memahami apa yang Allah
kehendaki dari hamba-Nya melalui penjelasan dan contoh dari Rasulullah SAW,
dengan potensi hati yang dimiliki untuk dapat menentukan pilihan jalan hidup
sesuai dengan kehendak-Nya, ditambah dengan potensi jasad yang sempurna, sudah
seharusnya manusia itu mampu untuk menampilkan diri sebagai khalifah yang
senantiasa ideal dalam melakukan pengabdiannya kepada Allah SWT, karena Allah
SWT telah menyediakan pedoman hidup yang sempurna yakni Alqur’an dan Hadits .
1. Ghadhab (Pemarah)
Ghadhab asal kata bahasa arab yang artinya marah,
sedangkan pemarah adalah orang yang lekas (mudah) marah.
Adapun bentuk-bentuk marah bermacam-macam ada kalanya
kelihatan dari wajahnya yang cemberut, mata yang melotot, berkata-kata kasar
dan kotor hingga kadang-kadang sampai terjadi perkelahian, Sebagaimana sabda
Rosullah SAW yang Artinya : “Bahwasanya marah itu merusak iman, seperti barang
yang pahit merusak madu”.
Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya
Rasulullah saw bersabda” Bukanlah orang kuat itu orang yang kuat dalam
bergulat. Orang kuat yang sebenarnya adalah orang yang mampu mengendalikan
dirinya ketika marah.”
Bahaya Sifat Pemarah
1.
Merugikan diri sendiri maupun orang lain.
2.
Merupakan sumber pertengkaran, percekcokan dan
menimbulkan kebencian dan permusuhan
3.
Lebih membawa kerusakan dan kemudlorotan bagi
dirinya maupun orang lain.
4.
Permasalahan tidak dapat diselesaikan dengan baik
5.
Menyebabkan terputusnya tali persaudaraan sesama
muslim.
Cara Menghindari Pemarah
1. Lebih baik mengalah dari
pada menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Mengalah bukan berarti kalah kan…?
2. Jangan bicara yang
menyinggung perasaan orang lain, jika salah kita ingatkan dengan cara yang
baik.
3. Selalu memberi maaf
dengan tulus ikhlas, sebagaimana firman Allah :
2.
Ghibah
Ghibah dalam bahasa kita disebut mengumpat dan
mengunjing adalah menyebut atau memperkatakan seseorang dibelakang dirinya
dengan apa yang dibencikan, ghibah terjadi disebabkan dari dengki, mencari muka
atau berolok-olok dengan tujuan untuk menjatuhkan martabat orang yang diumpat.
Menggunjing merupakan dosa yang sangat menjijikan, karena
Allah SWT telah mencelanya, bahka orang yang melakukannya, disamakan dengan
pemakan bangkai saudaranya. Allah SWT berfirman,
وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ
لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابُُ
رَّحِيمُُ.
Janganlah sebahagian kamu
menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS.Al-Hujurat (49) :12)
Dan Rasulullah SAW
bersabda,
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ
وَعِرْضُهُ
Setiap Muslim atas Muslim
yang lainnya diharamkan, darahnya, hartanya dan kehormatannya.(HR. Muslim, dari
Abu Hurairah r.a)
Sebab-sebab ghibah dan
namimah antara laian:
Dendam dalam hati.
Rasa dengki atas
kesuksesan yan telah diraih orang lain.
Handak menunjukkan
kelebihan sendiri dengan merendahkan dan mengejek orang lain.
Cara menghindarinya
aadalah:
Menyadari bahwa setiap
orang mempunyai kekurangan dan kelebihan, masing-masing diberi potensi yang
berbeda oleh Allah swt.
Koreksilah dirimu sendiri
sebelum mengoreksi orang lain.
Bersikap obyektif
terhadap semua orang.
Menyadari setiap orang
bisa saja salah tidak mungkin seterusnya benar.
Jangan mendengarkan orang
yang suka mengadu domba, pasti suatu saat kita akan kena getahnya.
3. Takabur
Takabur dibedakan menjadi
dua macam yaitu :
Takabbur Bathiniah adalah
sifat takabur yang ada di dalam jiwa, bersembunyi dalam hati dan tidak terlihat oleh mata. Seperti sifat
merasa besar dan merasa lebih pandai. Takabur ini dinamakan juga takabur kibir.
Takabbur Dhahir/lahiriyah
adalah perbuatan yang dapat dilihat atau dilakukan oleh anggota badan/gerak gerik
manusia sebagai perwujudan sikap dari takabur batin, seperti merendahkan dan menyepelekan orang lain.
Takabur merupakan sifat
tercela yang harus dijauhi oleh setiap orang muslim, karena sangat berbahaya
baik bagi dirinya sendiri maupun bagi
orang lain dan sekaligus dibenci oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS.
An - Nahl 23 :
Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong".
Sifat takabur itu biasanya timbul karena orang
itu terlalu menghormati dirinya tanpa peduli atau tidak mau menghormati orang
lain. Dia merasa dirinya yang paling benar dan hebat sehingga menganggap orang
lain kecil, remeh, dan hina. Dia tidak mau dinasehati, tidak suka menerima
saran atau anjuran orang lain, itulah ciri-ciri orang takabur atau sombong.
Sikap takabur selain dibenci Allah juga akan
menutup pintu surga. Apalagi jika sombong kepada Allah ia akan masuk neraka
jahanam. Seperti dijelaskan dalam dalil-dalil berikut :
Artinya : "Tidak
akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari
kesombongan". (HR. Muslim)
1.
Ciri-ciri orang Takabbur antara lain
a.
Suka memuji dan membaggakan diri, harta, ilmu,
keturunan dan sebagainya
b.
Suka meremehkan orang lain
c.
Suka mencela dan mengkritik orang lain dengan
keritik yang menjatuhkan
d.
Memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain
e.
Berlagak berbicara
f.
Belebih-lebihan dalam berpakaian
2.
Akibat negatif dari sifat takabur :
a.
Merusak hubungan dan pergaulan antar sesama
(silaturrahim).
b.
Dikucilkan orang lain/dibenci teman.
c.
Hatinya tidak tenang dan memperkecil pribadinya
sendiri.
d.
Berdosa dan sengsara di akhirat karena terhalang
masuk surga.
e.
Diancam dengan siksa api neraka jahanam.
3.
Cara menjauhi sifat takabur :
a.
Selalu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah
SWT.
b.
Senantiasa mensyukuri kenikmatan yang diberikan
oleh Allah SWT.
c.
Menghormati orang lain dan menghargai
pendapatnya.
d. Menjalin silaturrahim
dengan orang lain.
4. Fitnah
Fitnah adalah suatu sipat yang tercela , suatu
usaha seseorang untuk mencemarkan nama baik seseorang, sehingga orang yang
tidak mengerti persoalan menganggap bahwa fitnah itu benar. Sehingga opini
masyarakat akan negative kepada kelompok atau seseorang yang kena fitnah
tersebut. Memfitnah adalah sifat tercela dan hukumnya adalah haram, Fitnah ini
merupakan tindak lanjut dari sifat dengki .Firman Allah swt :
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi
dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti
(dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap
orang-orang yang zalim. ( QS. Al-baqarah ayat 193 )
5. Ujub
Sufyan Ats-Tsauri rohimahumulloh, meringkas definisi ujub
sebagai berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri sehingga
seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi
ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi perkara haram
lebih suci jiwanya ketimbang dirinya”
Imam Syafi’i rohimahumulloh berkata : “Baransgsiapa yang
mengangkat-angkat diri secara berlebihan, niscaya Allah akan menjatuhkan
martabatnya” Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa
yang dilakukannya dan menganggapnya bagai angin lalu.
Nabi SAW telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah
hadits: “Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap
di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan.
Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung
yang siap menimpanya” (HR. Bukhari)
6. Sum’ah
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap
seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang
sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya
mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan
keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan
pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa
riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah
adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia
bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu
tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah
dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di
hadapan manusia.
7. Riya’
Secara syar’I, para ulama berbeda pendapat dalam
memerikan definisi riya’, namun intinya sama, yakni seorang melakukan ibadah
untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun ia lakukan bukan karena Allah
melainkan tujuan dunia.
Al Qurthubi mengatakan,” hakekat riya’adalah mencari apa
yang ada di dunia dengan ibadah dan arti asalnya adalah mencari tempat di hati
manusia”[lihat: Al Ikhlas, DR Umar Sulaiman Al Asyqor] Jadi riya’ adalah melakukan ibadah untuk
mencari perhatian manusia sehingga mereka memuji pelakunya dan ia mengharapkan
pengagungan dan pujian serta penghormatan dari orang yang melihatnya. [lihat :
Fathul Bari 11/336, Al Ikhlas wa Syirkul Asghor hal 9].
Orang riya’ ingin memperlihatkan superioritas dirinya
kepada manusia.
Orang riya’ ingin mendapatkan bagian keduniawian dari amal perbuatannya.
Orang riya’ mencari amal perbuatan yang mestinya hanya antara dirinya dengan Allah, tetapi dengan bertujuan kepada selain Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Mulia, dan selain kehidupan akhirat. Orang yang riya’ ingin melakukan suatu ibadah yang telah diperintahkan Allah, akan tetapi ia melakukannya bukan karena Allah.
Orang riya’ ingin mendapatkan bagian keduniawian dari amal perbuatannya.
Orang riya’ mencari amal perbuatan yang mestinya hanya antara dirinya dengan Allah, tetapi dengan bertujuan kepada selain Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Mulia, dan selain kehidupan akhirat. Orang yang riya’ ingin melakukan suatu ibadah yang telah diperintahkan Allah, akan tetapi ia melakukannya bukan karena Allah.
Menghindari
perilaku ujub, riya dan sum’ah yaitu dengan
1. Kita harus sadar dan tahu bahwa yang
kita perbuat itu benar dan baik.
2.
Upayakanlah
dalam setiap waktu untuk mengingat Allah; sesering mungkin 'berbisik-bisik'
dengan Allah (mengeluh dan mengadu hanya kepada Allah)
3.
Sadarlah
bahwa Allah senantiasa mengetahui gerak-gerik kita.
4.
Ketahuilah
hanya Allah yang akan mengganjar semua amal perbuatan kita semua.
5.
Kita
senantiasa melihat orang lain lebih baik di sisi Allah dari diri kita sendiri.
Baru kali ini ketemu Blog dari lampung, salam kenal tetap semangat dan terus berkarya
BalasHapusMampir ke blog saya : Primajayaboedipunya.blogspot.com
@Prima Jaya. Trimakasih atas kunjungannya
BalasHapusSaya merasa penjelasan santai, berdasar dan mudah dipahami.
BalasHapusmungkin ada baiknya klw bisa ditempel di fb atau yg lainnya dgn kalimat yg lebih singkat tanpa mengurangi makna.
Good job
Salam sukses.
Semoga barokah.
subhanallah,smoga kita bisa terhindar dari sifat yt tercela ini
BalasHapus