MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK MELALUI MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PESERTA DIDIK KELAS
IV MI NURUL HIDAYAH SAKTI BUANA
SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perkembangan otak anak akan mengalami berbagai macam
fase salah satunya adalah masa kematangan yang terjadi pada usia 6-8 tahun. Pada
usia delapan tahun normalnya anak berada pada kelas dua atau tiga Madrasah Ibtidaiyah
(MI) yang merupakan masa keemasan bagi seorang anak untuk mampu mengambil
nilai-pelajaran dengan konteks yang sesuai dengan kenyataan dikehidupan
sehari-hari.
Belajar merupakan suatu proses atau suatu kegiatan
yang dapat memperteguh kelakuan melalui pengalaman. “Belajar bukan hanya
mengingat, menghafal, atau mendengar tetapi lebih dari itu yakni mengalami.”[1]
Dari
pendapat ini semestinya peserta didik senantiasa terlibat bukan hanya pada
pemebelajaran materi di kelas semata namun juga mengkontekskannya dengan
kehidupan nyata.
Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh melalui
proses belajar. Dengan demikian hasil belajar merupakan tingkat perkembangan
mental yang lebih baik bila di bandingkan pada saat sebelum belajar yang
dilihat dari sisi Peserta didik. Tingkat perkembangan mental tersebut terkait
dengan bahan-bahan pelajaran. Secara menyeluruh hasil belajar tersebut
merupakan kumpulan hasil atau penggal-penggal tahap belajar.
Dari sisi pendidik, hasil belajar merupakan saat
terselesaikannya bahan pelajaran. Bukti bahwa seorang pendidik telah belajar
ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari
tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar
itupun tampak dalam perubahan aspek-aspek seperti pengetahuan, keterampilan,
apresiasi, emosional, serta hubungan sosial.
Selama ini Peserta didik sulit menemukan makna yang
terkandung dari pembelajaran, terutama nilali-nilai yang ada di dalam Akidah
Akhlak. Pembelajaran tak lebih hanya mengejar ketuntasan materi pelajaran. Dalam
hal ini diperlukan pendidik yang kreatif serta inovatif yang dapat menciptakan
lingkungan belajar yang lebih menarik serta mengajak Peserta didik untuk
mengaitkan antara materi pelajaran dengan keadaan nyata Peserta didik agar Peserta
didik dapat menemukan pengalaman belajarnya sendiri melalui proses belajarnya.
Sebagai lembaga pendidikan formal, MI Nurul Hidayah
Sakti Buana Kecamatan Seputih Banyak mengalami masalah selain rendahnya hasil
belajar Akidah Akhlak juga pengamalan dari nilai yang terkandung di dalamnya
karena peserta didik tidak menemukan sendiri konteks materi dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat pemahaman peserta didik kurang dan
hasil belajar Peserta didik pada mata pelajaran Akidah Akhlak khususnya peserta
didik kelas IV pada hasil ulangan harian ke 2, semester I tahun pelajaran 2014/2015
di MI Nurul Hidayah Sakti Buana Seputih Banyak, yang memuat materi Membiasakan
sikap hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari terlihat bahwa, murid yang
mendapatkan nilai di bawah 65 sebanyak 8 Peserta didik atau 66,7 % belum
tuntas, Peserta didik yang mendapatkan nilai di atas atau sama dengan 65
sebanyak 4 orang atau 33,3 % yang tuntas.
Di MI Nurul Hidayah Sakti Buana Seputih Banyak,
selain masalah hasil belajar yang masih rendah, khususnya pada kompetensi dasar
Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari, terdapat pula kendala dalam proses
pembelajara, contohnya selama proses pembelajaran berlangsung hanya sedikit
murid yang berani bertanya kepada pendidik, hanya sedikit murid yang berani
mengajukan diri untuk mengerjakan soal ke depan kelas kecuali ditunjuk oleh pendidik.
Selain itu saat pembelajaran berlangsung, banyak murid tidak tahu beberapa
istilah Akidah Akhlak atau pengetahuan prasyarat yang sebenarnya didapatkan
pada pelajaran sebelumnya, pembelajaran Akidah Akhlak di kelas masih berjalan
monoton, pendidik menjadi peran sentral dan pencarian nilai pelajaran serta
mengungkap makna dalam kehidupan nyata masih sedikit sekali dilakukan.
Pembelajaran Akidah Akhlak memerlukan strategi atau
model pembelajaran yang sesuai, karena “suatu faktor yang menyebabkan rendahnya
kualitas pembelajaran antara lain belum dimanfaatkannya strategi dan metode
secara maksimal, baik oleh pendidik maupun Peserta didik.”[2] Dari
pendapat di ini dapat saya simpulkan bahwa untuk mengatasi rendahnya kualitas
pembelajaran salah satunya dengan memanfaatkan strategi dan metode.
Dalam pembelajaran Akidah Akhlak selama ini, dunia
nyata hanya dijadikan tempat mengaplikasikan konsep. Peserta didik mengalami
kesulitan belajar Akidah Akhlak di kelas. Akibatya, Peserta didik kurang
menghayati atau memahami konsep-konsep Akidah Akhlak, dan Peserta didik
mengalami kesulitan untuk mengaplikasikan Akidah Akhlak dalam kehidupan
sehari-hari untuk itu perlu pembelajaran yang berbasis pada Contextual Teaching and Learning.
Dalam pembelajaran dituntut adanya inovasi
pembelajaran. Untuk mengubah pembelajaran dari teacher centre menjadi student
centre. Pendekatan yang menonjolkan keaktifan peserta didik dalam melakukan
sesuatu, akan memberikan pengalaman belajar yang berharga dan bernuansa lain
bagi peserta didik. Seiring berkembangnya dunia pendidikan, dewasa ini banyak
pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakan pembelajaran yang interaktif.
Melalui
Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
peserta didik diharapkan lebih aktif dalam menyelesaikan masalah dengan selalu
mengaitkan antara mata pelajaran dengan dunia nyata yang peserta didik alami.
Dengan demikian proses pembelajaran akan lebih berarti dan mengarah pada
pemahaman konsep, sehingga mendorong terciptanya kebermaknaan belajar dan dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik Akidah Akhlak.
Dalam
menerapkan Model Contextual Teaching and
Learning (CTL) Tugas pendidik
mengelola setiap tim untuk bekerja sama menemukan sendiri tentang materi yang
sesaui bagi anggota kelompok. Peserta didik diminta mengaitkan materi dengan
situasi di dunia nyata dan setiap kelompok mempresentasikan hasil temuannya.
Pendidik mengatur tahap demi tahap setiap proses pembelajaran dan hanya
memjelaskan secara garis besar saja.
Langkah berikutnya pendidik mengembangkan sifat ingin tau peserta
didik dengan bertanya, Ciptakan masyarakat belajar, menghadirkan model sebagai
contoh pembelajaran dan diakhiri dengan melakukan Refleksi.
Dengan penerapan Model CTL ini diharapkan peserta didik semakin kritis dalam
menyelesaikan masalah, malakukan analisis berbagai fakta dan informasi yang
akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik
B. Identifikasi
Masalah
Selama semester satu, tahun pelajaran 2014/2015
dapat diidentifikasi sebab-sebab timbulnya masalah sebagai berikut:
1.
Kurangnya
kontekstualsasi nilai pelajaran, dan penyelesaian masalah sesuai yang ada
dikehidupan nyata.
2.
Masih
menggunakan metode pembelajaran yang monoton dalam pembelajaran materi Membiasakan
sikap hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari. Dengan jadwal dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran.
3.
Hanya
mengejar penyelesaian materi Membiasakan sikap hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari.
4.
Belum
menggunakan metode pembelajaran yang tepat untuk mengatasi rendahnya Hasil
belajar Peserta didik dalam proses pembelajaran
C.
Batasan
Masalah
Untuk membatasi
penelitian ini agar tidak terlalu luas maka peneliti membatasi penelitian ini
berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas yaitu :
“Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Model CTL Peserta didik Kelas IV MI Nurul Hidayah Sakti Buana
Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015”
D.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah Pembelajaran Model CTL Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Akidah Akhlak Peserta
didik Kelas IV MI Nurul Hidayah Sakti Buana Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun
Pelajaran 2014/2015 ?”
E.
Tujuan
dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan
Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah : “Untuk
mengetahui Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Melalui Model
Pembelajaran CTL Peserta didik Kelas IV MI Nurul
Hidayah Sakti Buana Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2014/2015”.
2.
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan
manfaat antara lain :
1.
Bagi peserta
didik, dapat meningkatkan pemahaman konsep Akidah Akhlak sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik.
2.
Bagi pendidik,
dapat memperluas pengetahuan mengenai model-model pembelajaran Akidah Akhlak
sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan profesional pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas.
3. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran yang berguna dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Hasil
Belajar
1.
Pengertian
Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil
proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan sikap
dan pengetahuannya, pemahamannya dan tingkah lakunya, ketrampilan, kecakapan
dan daya peneerimaannya. Oleh sebab itu belajar adalah pross yang aktif.
Belajar adalah adalah proses reaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar
individu. Belajar juga diartikan proses yang diarahkan kepada tujuan proses
berbuat sebagai pengalaman, proses melihat, mengamati, memahami sesuatu. Inilah
hakikat belajar sebagai inti proses pengajaran.[1]
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil
nilai ulangan harian (formatif),
nilai ulangan tengah semester (subsumatif)
dan nilai ulangan semester (sumatif).
Dalam penelitian tindakan kelas ini,
yang dimaksud hasil belajar peserta didik adalah hasil nilai ulangan harian selama
proses PTK yang diperoleh peserta didik dalam mata pelajarn Akidah Akhlak, pada
Standar Kompetensi Membiasakan sikap
hormat dan patuh dalam kehidupan sehari-hari.
Ulangan harian dilakukan setiap selesai
proses pembelajaran dalam suatu bahasan atau komptensi tertentu. Ulangan harian
ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dana
tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas.
Ulangan harian dilakukan minimal tiga kali dalam satu semester. Tujuan ulangan
harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan
pertimbangan dalam memberikan nilai bagi peserta didik.
2.
Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi
proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta
pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,
pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar
dengan baik.
Di sisi lain, pembelajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, pendidik mengajar agar peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai susuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotorik) seorang peserta didik. Namun
proses pengajaran ini memberikan kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak,
yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya
interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi peserta didik dan kreatifitas pengajar. Pembelajar
yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan
kemampuan peserta didik melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang memadai, ditambah dengan kreatifitas pendidik akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Hasil belajar adalah segala kemampuan
yang dapat dicapai murid melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan
penerapan pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi murid dalam
kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreaatif
dalam ragka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab beagi diri
sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Hasil belajar didapaat baik dari hasil
tes, unjuk kerja, penugasan, hasil kerja, portofolio, sikap serta peneilaian
diri.
3. Kriteria hasil belajar
Keberhasilan proses pembelajaran
dapat dilihat dari hasil yang dicapai oleh peserta didik apakah ada perubahan
tingkah laku siswa setelah terjadi
melalui proses belajar[2]. Hasil
belajar merupakan indikator kriteria keberhasilan pendidik dan peserta didik
dalam melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompetensi dasar yang
dimiliki oleh peserta didik.
Pencapaian kompetensi dasar sebagai
tolok ukur kriteria keberhasilan proses pembelajaran dinyatakan dalam bentuk
perubahan tingkah laku peserta didik yang meliputi tiga aspek yaitu :
Pertama, aspek kognitif, meliputi
perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan
ketrampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut.
Kedua, aspek afektif , meliputi perubahan-peruahan dalam segi mental,
perasaan dan kesadaran. Ketiga, aspek psikomotorik, meliputi
perubahan-perubahan dalam segi bentuk-bentuk tindakan motorik. [3]
Berdasarkan
beberapa aspek di atas, maka penulis berusaha mengambil keseluruhan aspek untuk
diteliti. Persepsi diukur dari kemampuan peserta didik menggunakan
indra dalam melakukan kegiatan, seperti
mengidentifikasi alat indera manusia berdasarkan pengamatan dalam
memecahkan persoalan secara nyata.
Ada beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam
mengukur hasil belajar suatu mata pelajaran, salah satunya adalah sebagia
berikut:
Tabel 1
Kriteria Hasil Belajar
Nilai
Angkat
|
Nilai
Huruf
|
Keterangan
|
89 - 100
71 – 85
56 – 70
41 – 55
< 40
|
A
B
C
D
E
|
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Sangat kurang
|
Jadi dalam penilaian hasil belajar ada dua hal
penilaian yaitu:
a.
Secara kualitatif seperti baik
sekali, baik, cukup, kurang dan kurang sekali
b.
Secara kuntitatif yaitu bentuk
angka 0 – 100
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain yaitu sebagai
berikut:
a. Faktor interen (faktor dari dalam
peserta didik) yakni, keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta
didik,antara lain kondisi pancaindra, minat, bakat, motivasi, dan kemamapuan
kognitif.
b. Faktor eksteren (faktor dari luar
peserta didik) yakni, kondisi linkungan, di sekitar peserta didik yaitu
keluarga, masyarakat, dan sekolah
c. Faktor pendekatan belajar (approach
to learning) yakni jenis upaya belajar yang menliputi strategi dan metode
yang digunakan peseta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran.[4]
Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar selain faktor
internal yaitu faktor dari dalam diri peserta didik namun juga dipengaruhi oleh
faktor eksternal sehingga faktor ini perlu diperhatikan dalam pencapaian hasil
belajar.
B.
Model
Contextual Teaching and Learning (CTL)
1.
Pengertian
Model pembelajaran CTL
Ada
beberapa pengertian CTL menurut para ahli diantaranya yaitu:
a.
Contextual
Teaching and Learning (CTL)
adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan
peserta didik secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong peserta didik
untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka.
b.
Pembelajaran CTL adalah suatu proses
pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik melihat makna dalam bahan
pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkanya dengan konteks
kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya,
sosialnya, dan budayanya.[5]
Dengan memperhatikan
beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL adalah
pendekatan pembelajaran yang dilakukan pendidik dalam proses pembelajaran agar
peserta didik dapat menghubungkan/mengaitkan antara materi pembelajaran dengan
kenyataan yang dia temukan dalam kehidupan sehari-hari.
CTL merupakan suatu proses pengajaran yang bertujuan
untuk membantu peserta didik memahami materi pelajaran yang sedang mereka
pelajari dengan menghubungkan pokok materi pelajaran
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
2.
Kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran CTL .
Banyak sekali model dan model dalam pembelajaran dan setiap model
memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, demikian juga dengan model
pembelajaran CTL memiliki kelebihan dan kekurangn sebagai berikut:
a.
Kelebihan model
pembelajaran CTL
1)
Pembelajaran lebih
bermakna, artinya peserta didik melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan
dengan materi yang ada sehingga peserta didik dapat memahaminya sendiri.
2)
Pembelajaran lebih
produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik karena
pembelajaran CTL menuntut peserta didik menemukan sendiri bukan menghafalkan.
3)
Menumuhkan keberanian peserta
didik untuk mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari.
4)
Menumbuhkan rasa ingin
tahu tentang materi yang dipelajari dengan bertanya kepada pendidik.
5)
Menumbuhkan kemampuan
dalam bekerjasama dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada.
6)
Peserta didik dapat
membuat kesimpulan sendiri dari kegiatan pembelajaran.
b.
Kelemahan model
pembelajaran CTL
Adapun
kelemahan dari model pembelajaran CTL yaitu:
1)
Bagi peserta didik yang tidak dapat
mengikuti pebealajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama
dengan teman lainnya karena peserta didik tidak mengalami sendiri.
2)
Perasaan khawatir pada anggota kelompok
akan hilangnya karakteristik peserta didik karena harus menyesuaikan dengan
kelompolnya.
3)
Banyak peserta didik yang tidak senang
apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena peserta didik yang
tekun merasa harus bekerja melebihan peserta didik yang lain dalam kelompoknya.[6]
Dari penjelasan di atas hendaknya seorang
pendidik memperhatikan keadaan peserta didik dalam kelas. Selain itu, seorang pendidik
juga harus mampu membagi kelompok secara lengkap dan beragam, hal ini untuk
membantu peserta didik yang pandai dapat saling berbagi pengetahuan.
3.
Azaz-azaz
Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL)
a. Konstruktivisme (constructivism)
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir CTL, yang
menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan
tetapi merupakan suatu proses belajar mengajar dimana peserta didik sendiri
aktif secara mental mebangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur
pengetahuanyang dimilikinya.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan
merupakan bagaian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual Karen
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Kegiatan menemukan (inquiry) merupakan sebuah siklus yang
terdiri dari observasi(observation), bertanya (questioning),
mengajukan dugaan (hiphotesis), pengumpulan data (data gathering),
penyimpulan (conclusion).
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai
dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis
kontekstual. Kegiatan bertanya berguna untuk : 1) menggali informasi, 2)
menggali pemahaman peserta didik, 3) membangkitkan respon kepada peserta didik,
4) mengetahui sejauh mana keingintahuan peserta didik, 5) mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui peserta didik, 6) memfokuskan perhatian pada sesuatu yang
dikehendaki pendidik, 7) membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari
peserta didik, untuk menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.
d. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil
pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dari orang lain. Hasil belajar
diperolah dari ‘sharing’ antar teman, antar kelompok, dan antar yang tau ke
yang belum tau. Masyarakat belajar tejadi apabila ada komunikasi dua arah, dua
kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.
e. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana pendidik menginginkan peserta didiknya untuk belajar
dan malakukan apa yang pendidik inginkan agar peserta didiknya melakukan. Dalam
pembelajaran kontekstual, pendidik bukan satu-satunya model. Model dapat
dirancang dengan ,melibatkan peserta didik dan juga mendatangkan dari luar.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi merupakan cara berpikir atau respon tentang
apa yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang sudah
dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, pendidik menyisakan
waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi yang berupa pernyataan
langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic
Assessment)
Penialaian adalah proses pengumpulan
berbagai data yang bisa memberi informasi tentang perkembangan pengalaman
peserta didik. Penilaian diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan
menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses pembelajaran
sedang berlangsung, bukan semata-mata pada sahil pembelajarannya saja.[7]
Dari penjelasan di atas sebuah kelas
akan tercapai hasil dengan maksimal dengan menggunakan ke tujuh konsep
penerapan model CTL di atas.
4.
Tahapan
Pembelajaran CTL
a. Kegiatan
Pendahuluan
Pendidik
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dan proses pembelajaran
dan pentingnya materi ajar yang akan dipelajari.
Pendidik menjelaskan
prosedur pembelajaran CTL:
1)
Peserta didik dibagi
dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah peserta didik.
2)
Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 melakukan observasi
di buku materi, dan kelompok 2 melakukan observasi di Al Quran.
3)
melalui observasi
peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di buku
materi dan Al Quran
4)
Pendidik melakukan
Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.
b. Kegiatan
inti
1)
Peserta didik melakukan
observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok masing-masing.
2)
Peserta didik mencatat
hal-hal yang mereka temukan di buku refrensi dan Al Qur’an dengan teknik
observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.
3)
Peserta didik
mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
4)
Peserta didik melaporkan
hasil diskusi
5)
Setiap kelompok
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
c. Kegiatan
penutup
1)
Dengan bantuan pendidik
peserta didik menyimpulkan hasil observasi dari buku refrensi dan Al-Qur’an
sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.
2)
Pendidik menugaskan
peserta didik untuk membuat kesimpulan tentang, pengalaman belajar mereka.
Dari
penjelasan langkah di atas dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah dalam
penggunaan model CTL meliputi Pembukaan, Kegiatan inti dan penutup yang
seluruhnya menjadi satu perencanaan dalam rangka menghubungkan materi dengan
dunia nyata
5.
Langkah-langkah
Langkah-langkah
penggunaan model pembelajaran CTL adalah sebagai berikut:
1)
Peserta didik dibagi
dalam beberapa kelompoksesuai dengan jumlah peserta didik.
2)
Tiap kelompok
ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 melakukan observasi
di buku materi atau Al Qur’an, dan kelompok 2 melakukan observasi di dunia
lingkungan sekitar sekolah.
3)
melalui observasi
peserta didik ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di buku
materi dan Al quran serta kejadian yang relevan dengan materi yang terjadi
diluar sekolah.
4)
Pendidik melakukan
Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.
5)
Peserta didik
mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
6)
Peserta didik
melaporkan hasil temuannya
7)
Setiap kelompok
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.
6.
SK, KD, Materi dan Indikator
Standar Kopetensi
|
:
|
Terbiasa berakhlak terpuji dan beadab secara islami
|
Kompetensi Dasar
|
:
|
·
Membiasakan
berakhlak terpuji (sidiq, amanah, tablig, fatanah) dalam kehidupan
sehari-hari
·
Membiasakan
beradab secara islami terhadap teman dalam kehidupan sehari-hari
|
Materi Pokok
|
:
|
·
Berakhlak
Terpuji
·
Berdab secara Islami terhadap teman
|
Indikator
|
:
|
·
Menunjukkan
sikap hormat dan patuh
·
Membiasakan
prilaku sidig
·
Membiasakan
prilaku amanah
·
Membiasakan
prilaku tabligh
·
Membiasakan
prilaku fatanah
·
Membiasakan
bersikap sabar
·
Membiasakan
bersikap kasih sayang
·
menghormati
teman
·
Saling
Menolong dan Mendoakan
|
C. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah “Model CTL dapat Meningkatkan
Hasil Belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Peserta didik Kelas IV MI Nurul
Hidayah Sakti Buana Seputih Banyak Lampung Tengah Tahun pelajaran 2014/2015”.
[2] Junaidi, Pengembangan Evaluasi Pembelajaran,
(Jakarta: Dirjen Pendis Kementerian Agama, 2011), h. 11.
[4] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru, PT, Remaja Rosada Karya, Bandung, 2007. h. 132.
[6] Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif
Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada, 2009), h. 110
[7] Ibid, Hal,
111
[1] Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), h. 27.
[2] Mulyasa, E, Menjadi Guru Profesional, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2005), h. 20.
terimakasih sekali untuk masukannya. tolong bab 4 sekalian kakaaaak hehe
BalasHapus