PENGORGANISIRAN KAMPUS
By : Supendi
“Kesalahan terbesar Mahasiswa adalah
ketidakmampuannya mengorganisir diri”
Di balik kerudung wajahmu tersembunyi.
Kau cantik alami anugerah Ilahi
Tapi bukan karena itu aku cinta padamu. Juga bukan karena itu aku sayang padamu
Tapi bukan karena itu aku cinta padamu. Juga bukan karena itu aku sayang padamu
(H. Rhoma Irama)
Aja duwe
rumangsa bener sarta becik, rumangsa ala sarta luput, den agung, panalangsanira
ing Pangeran Kang Maha Mulya, lamun sira ngrasa bener lawan becik, ginantungan
bebenduning Pangeran. (falsafah orang jawa)
Kampus, sebagai tempat berkumpulnya manusia-manusia yang sedang mencari
jati diri, tempat dimana para calon-calon intelektual berkumpul mengasah
kemampun. Kampus dalam arti sempit hanya diartikan sebagai tempat belajar namun
dewasa ini kempus mengalami banyak
perkembangan bukan hanya sebagai tempat belajar namun menjadi arena baru
yaitu sebagai ajang perebutan identitas, dominasi kultur dan medan politik.
SUKSESS….!!!
Perebutan identitas maksudnya kampus telah menjadi arena untuk menjadikan
seseorang paling terkemuka dan berpengaruh. Kampus secara tidak langsung
menciptakan penggolongan terhadap komponen didalamnya menjadi beberapa kelas
atau kasta. Juga terus menciptakan mereguasi kelas-kelas baru yang saling berebut pengaruh
di dalamnya. Dan yang paling sering adalah terjadinya gesekan-gesekan
kepentingan dalam perebutan dominasi.
Selain itu kampus juga menjadi ajang tempat menanamkan nilai-nilai kultur
dari luar. Di luar kampus adalah dunia nyata yang penuh dengan
kepentingan-kepentingan membela ideology yang banyak sekali macamnya. Siapa
yang mampu menguasai kampus, ia akan menjadi kampiun terdepan dalam mecapai
tujuan-tujuan organisasinya. Nilai-nilai kultur dari luar tersebut mencoba
mencari bibit-bibit penerus yang siap dan tangguh, maka kampus yang notabenenya
adalah masyarakat muda dan terdidik menjadi kelompok sasaran yang tepat
menancapkan kuku-kuku pengaruhnya sedini mngkin untuk membesarkan dominasi
kulturnya. Namun hal ini biasanya terjadi secara alamiah tidak terstruktur dan
mengalir perlahan.
Kampus juga menjadi medan politik yang krusial. Kaum muda memiliki
potensi dan semangat luar biasa, Mendapat pengaruh dan dukungan dari kaum muda
terdidik adalah salah satu modal yang menjanjikan. Kampus memiliki daya tarik
luar biasa mampu menyedot perhatian masyarakat untuk berkumpul berdiaspora di
dalamnya. Dengan banyak macam ragam masyarakat yang berkumpul di dalamnya serta
sumber dan latar yang berbeda menjadikan kampus memiliki potensi besar bagi
kekuatan-kekuatan politik meskipun ada dua macam politik yang berlaku dan
bergulat di dalam kampus yaitu politk praktis dan politik moral.
Dimensi politk praktis tidak bisa lepas dari kepentingan-kepantingan
organisasi politik di luar kampus lebih spesifiknya adalah partai politik.
Partai politik memiliki visi jangka panjang untuk melakukan rekruitmen kader
muda potensial. Dus, warga kampus
menjadi tempat yang tepat untuk mencari dukungan dengan bebagai macam cara dan
iming-iming untuk mencari simpati. Dengan dukungan modal dan performace yang
dimiliki partai tidak sedikit warga kampus terjun dalam politik praktis.
Berikutnya adalah dimensi politik moral. Saya mengartikan politk moral adalah
wahana pembelajaran politik, mengapa demikian saya meyakini dan ini sudah
terjadi sepajang sejarah, bagi yang tidak pernah belajar tentang bagaimana memahami
politik moral maka ketika terjun di politik praktis menjadi komunitas egois dan
lebih mementingkan tujuan individu untuk merebut kekuasaan. politk moral ini
lebih pada pola pembangunan karakter (character building).
Selanjutnya banyak sekali dimensi probelmatika dan kepentingan di dalam
kampus yang menjadi bagian dari pengorganisiaran kampus. Tulisan ini tidak mampu
secara detil membahasnya, karena keterbatasan kemampuan serta minimya
pengetahuan tentang kampus, juga butuh intensifitas untuk melakukan peneliti
dan pengamatan. Dus, untuk melakukan
pengorganisiran kampus yang perlu di rubah adalah mind set setiap kader
organisasi. Nah untuk itu setiap individu musti memahami paparan berikut:
1.
Mengapa Kampus menjadi institusi strategis?
Di dalam kampus banyak berkumpul
calon intelektual-intelektual muda yang progresif, ini adalah satu asset yang
jarang dimiliki oleh lembaga yang lainnya semisal dinas atau satker bahkan
mungkin tidak dimiliki oleh organisasi massa baik basis umum maupun keagamaan.
Inilah yang menjadikan kampus asset yang luarbiasa dan strategis.
Kampus memang menjadi “yang terpilih”
dan dinobatkan sebagai ajang berkumpulnya kompetensi yang bermacam latar
belakang histories. Keberagaman inilah yang menjadikan dinamika kehidupan
menjadi lebih menarik. Secara teoritis dengan latar histories yang berbeda itu justru
menjadikan pergesekan-pergesekan dan gejolak-gejolak untuk saling mengasah.
Hasil dari pergesekan itulah menghasilkan kader kualitas yang mampu bersaing di
zona yang lebih besar. Artinya semakin kompleks dan beragam manusia yang
mengisi kampus maka semakin besar proses pergesekan (pemikiran) di dalamnya.
Dan secara otomatis menghasilkan bibit intelektual yang lebih berkualitas.
Jika dirunut di beberapa tempat atau
kampus yang memiliki tingkat homogenisitas yang kecil umumnya menghasilkan
manusia-manusia yang kurang berbobot “kurang kuat” dalam kompetisi dengan dunia
luas. Meskipun tidak sepenuhnya terjadi demikian. Konklusinya tetap bahwa kampus menjadi salah
satu institusi yang sangat strategis membangun basis gerakan organisasi.
Mengapa kampus menjadi basis kekuatan? karna kampus juga memiliki banyak subyek
dan kelompok di dalamnya.
2.
Siapa Kelompok yang berpengaruh itu?
Di dalam kampus ada beberapa kelompok
yang memiliki pengaruh besar diantaranya adalah lembaga atau pengelola, unit
kemahasiswaan, dosen atau tenaga fungsional. Ketiganya ini yang langsung
bersentuhan di dalam kampus. Dan ada pula pengaruh dari luar kampus, hal ini
tetap dimaksudkan dalam rangka pengorganisiran kampus yaitu latar belakang
(pendidikan, kedaerahan, organisasi sebelumnya, organisasi kemasyarakatan
semisal NU, Muammadiyah dll)
Secara umum setiap kelompok ini
saling mempengaruhi dalam pengorganisiran kampus. Maka diperlukan alat ukur
yaitu analisis SWOT atau Analisis Stakeholder untuk mengetahui besaran kekuatan
kelemahan potensi dan hambatannya serta strategi apa dan pendekatan apa yang
tepat untuk melakukan perorganisiran kampus. Endingya adalah tercapainya visi
dan misi organisasi.
Lembaga atau pengelola adalah
pemegang kebijakan, siapa yang ada disana akan memiliki pengaruh yang
signifikan. Untuk itu perlu ada pendekatan dan kedekatan baik secara cultural,
structural dan emosional. Ini untuk mengarahkan kepada keuntungan mekanis
gerakan dan juga keuntungan taktis organisasi.
Unit kemahasiswaan atau yang lebih sering
disebut UKM adalah salah satu organisasi yang keberadaanya resmi diakui oleh
lembaga, maka di Unit ini disediakan fasilitas dan pendanaan yang cukup
memadahi. Unit ini sebenarnya adalah sebuat satuan kegiatan yang lebih focus
pada bidang tertentu, menguasai setiap bidang yang ada adalah bukti kompleksitas
kemampuan sebuah organisasi. Jadi untuk apa memahami struktur, lembaga, subyek
dan pergelutan di dalam kampus?
3.
Karena Kampus sebagai media menggalang kekuatan
Melihat dari paparan di atas dan dari
besarnya potensi kampus maka sangat mungkin kampus menjadi medan magnet yang
saling tarik-menarik atau tolak-menolak antar kekuatan yang lebih besar di luar
kampus. Menggalang kekuatan di didalamnya adalah sebuah keniscayaan. Bagaimana
cara untuk menggalang kekuatan? salhsatunya menciptakan distribusi massif ke
semua lini dan melakukan pendidikan seintensif mungkin. Menguasai kampus akan
menjadi efek balik (flashback) terhadap kemampuan dan kualitas organisasi.
Kembali gunakan Analisis SWOT atau Analisis Stakeholder untuk mengarahakn kemana
kita melangkah dan dengan apa atau apa yang harus dimiliki?
4.
Prinsip dan teknis melakukan pengroganisiran kampus
People love to win. If you’re not
totally clear about the purpose of what you’re doing, you have no chance of
winning
a.
Model Buffer, Lingkar dan Kantung
Posisi
Buffer sebagai bangunan induk dari suatu organisasi membuat orang-orang dalam
Buffer benar-benar adalah seorang kader. Buffer sendirilah yang menangani
masalah jaringan, kerja-kerja gerakan yang bersifat umum dari berbagai lingkar
dan kantung yang ada. Buffer juga berperan sebagai organ payung yang merupakan
sentra informasi.
1.
Lapis I (PIONER) : Adalah kader yang menjaga tujuan
organisasi tetap pada garisnya dan bertugas untuk merancang kerja-kerja Buffer
ke arah depan. Kader lapis I ini adalah orang-orang yang merumuskan platform,
pola pengkaderan dan pelatihan.
2.
Lapis II(BARISAN PELOPOR) :Adalah Calon kader, harus
mampu menunjukkan etos kerjanya (mengingat kerjaannya dilingkar dan kantung),
ini memegang Posisi penting dalam garis massa, karena dari merekalah pola
pengorganisiran dan mobilisir bisa berjalan,
3.
Lapis III ( Barisan Penunjang ) : Adalah anggota dari
OG, adalah lapisan yang menjaga kerja-kerja legal (sama dengan Anggota, seperti
diatas).
4.
Lapis IV ( Pelopor Lingkar) : Adalah anggota yang ada
dalam lingkar yang kemudian mengerjakan kerja teknis di lingkar, Kapasitas bisa
sebagai anggota dan simpatisan.
5.
Lapis V ( Pelopor Kantung ) : Adalah lapis yang
mengerjakan teknis di Kantung dan mulai untuk dikentali menuju lingkar-lingkar
yang ada.
6.
Lapis VI ( Simpatisan ) : Adalah barisan yang cukup
rentan dipengaruhi oleh organ lain, biasanya masih dalam taraf proses pencarian
dan mulai di tajamkan pengetahuan di kantung-kantung dan mulai diajakin untuk
lebih mengenal 3 pilar kekuatan mahasiswa.
b.
Pola Pengorganisiran
Dalam
pengorganisiran tiap organ gerakan memerlukan sebuah metode yang pas sesuai
keadaan dan siruasi di basis masing-masing. Pola gerakan yang selalu memecah
diri demi tercapainya tujuan membuat gerakan terlihat sangat rapi padahal,
kalau kita introsepsi diri masih banyak celah-celah yang dapat digunakan orang
untuk ngintip kekuatan serta kelemahan kita. Dalam teknik pengorganisiran
terkait dengan cara apa yang kita pakai, seperti bagan dibawah ini :
Untuk
Basis Kampus dan Massa Mahasiswa
:
Garis Koordinasi à
:
Hubungan Organisasional à
:
Koordinasi Organisasional
c.
Manajemen Konflik
Manajemen konflik
adalah bagaimana dalam suatu organisasi bisa memanaje konfliknya sekecil
mungkin. Didalam organ gerakan kemungkinan konflik dalam tubuh gerakan sangat
rentan sekali. Banyak sekali persoalan-persoalan yang ada lewat dalam
keseharian organ gerakan. Dalam manajemen konflik, dikenal istilah-istilah :
1. Win-win Solution
2. Win-Lose Solution
3. Lose-lose Solution
Dalam manajemen konflik dibutuhkan bangunan team yang solid untuk mengarahkan jalannya konflik. Team ini yang akan mementahkan semua intrik atau kemungkinan konflik yang terjadi.
1. Win-win Solution
2. Win-Lose Solution
3. Lose-lose Solution
Dalam manajemen konflik dibutuhkan bangunan team yang solid untuk mengarahkan jalannya konflik. Team ini yang akan mementahkan semua intrik atau kemungkinan konflik yang terjadi.
d.
Psikologi Massa
Bicara
tentang psikologi massa adalah berbicara tentang kebutuhan, tujuan sampai taraf
pembelajaran. Banyak sekali diperlukan kejernihan dan ketenangan. Prinsip yang
harus dipegang dalam psikologi massa adalah “Salah atau Benar saya telah
berpikir”, sehingga ada penyiapan langkah-langkah terburuk untuk menghadapi
gejala-gejala yang terjadi. Mainan adalah hal yang disukai massa, bagaimana
kader bisa memberikan ruang kepada massa dimana ia bisa mengekspresikan diri,
mau kemana?, Disini juga seorang kader mampu membaca lingkungan yang ada
disekililing massa dan membuat langkah –langkah untuk memanaje-nya. Ex:
bagaimana di kantung banyak yang Bete, seorang kader harus mengetahui betul 5 W
+ 1 H dan memanaje dengan SWOT atau metode yang lainnya.
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor
itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari
spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal
yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT
dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik
SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)
yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada,
selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats)
yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses)
yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan
sebuah ancaman baru.
Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford
pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan
Fortune 500






0 komentar:
Posting Komentar