Sabtu, 25 Mei 2013

Materi Pengorganisiran Kampus


PENGORGANISIRAN KAMPUS

By : Supendi

 
“Kesalahan terbesar Mahasiswa adalah ketidakmampuannya mengorganisir diri”

Di balik kerudung wajahmu tersembunyi. Kau cantik alami anugerah Ilahi
Tapi bukan karena itu aku cinta padamu. Juga bukan karena itu aku sayang padamu

(H. Rhoma Irama)

Aja duwe rumangsa bener sarta becik, rumangsa ala sarta luput, den agung, panalangsanira ing Pangeran Kang Maha Mulya, lamun sira ngrasa bener lawan becik, ginantungan bebenduning Pangeran. (falsafah orang jawa)

Kampus, sebagai tempat berkumpulnya manusia-manusia yang sedang mencari jati diri, tempat dimana para calon-calon intelektual berkumpul mengasah kemampun. Kampus dalam arti sempit hanya diartikan sebagai tempat belajar namun dewasa ini kempus mengalami banyak  perkembangan bukan hanya sebagai tempat belajar namun menjadi arena baru yaitu sebagai ajang perebutan identitas, dominasi kultur dan medan politik.

Perebutan identitas maksudnya kampus telah menjadi arena untuk menjadikan seseorang paling terkemuka dan berpengaruh. Kampus secara tidak langsung menciptakan penggolongan terhadap komponen didalamnya menjadi beberapa kelas atau kasta. Juga terus menciptakan mereguasi  kelas-kelas baru yang saling berebut pengaruh di dalamnya. Dan yang paling sering adalah terjadinya gesekan-gesekan kepentingan dalam perebutan dominasi.

Selain itu kampus juga menjadi ajang tempat menanamkan nilai-nilai kultur dari luar. Di luar kampus adalah dunia nyata yang penuh dengan kepentingan-kepentingan membela ideology yang banyak sekali macamnya. Siapa yang mampu menguasai kampus, ia akan menjadi kampiun terdepan dalam mecapai tujuan-tujuan organisasinya. Nilai-nilai kultur dari luar tersebut mencoba mencari bibit-bibit penerus yang siap dan tangguh, maka kampus yang notabenenya adalah masyarakat muda dan terdidik menjadi kelompok sasaran yang tepat menancapkan kuku-kuku pengaruhnya sedini mngkin untuk membesarkan dominasi kulturnya. Namun hal ini biasanya terjadi secara alamiah tidak terstruktur dan mengalir perlahan.

Kampus juga menjadi medan politik yang krusial. Kaum muda memiliki potensi dan semangat luar biasa, Mendapat pengaruh dan dukungan dari kaum muda terdidik adalah salah satu modal yang menjanjikan. Kampus memiliki daya tarik luar biasa mampu menyedot perhatian masyarakat untuk berkumpul berdiaspora di dalamnya. Dengan banyak macam ragam masyarakat yang berkumpul di dalamnya serta sumber dan latar yang berbeda menjadikan kampus memiliki potensi besar bagi kekuatan-kekuatan politik meskipun ada dua macam politik yang berlaku dan bergulat di dalam kampus yaitu politk praktis dan politik moral.

Dimensi politk praktis tidak bisa lepas dari kepentingan-kepantingan organisasi politik di luar kampus lebih spesifiknya adalah partai politik. Partai politik memiliki visi jangka panjang untuk melakukan rekruitmen kader muda potensial. Dus, warga kampus menjadi tempat yang tepat untuk mencari dukungan dengan bebagai macam cara dan iming-iming untuk mencari simpati. Dengan dukungan modal dan performace yang dimiliki partai tidak sedikit warga kampus terjun dalam politik praktis. Berikutnya adalah dimensi politik moral. Saya mengartikan politk moral adalah wahana pembelajaran politik, mengapa demikian saya meyakini dan ini sudah terjadi sepajang sejarah, bagi yang tidak pernah belajar tentang bagaimana memahami politik moral maka ketika terjun di politik praktis menjadi komunitas egois dan lebih mementingkan tujuan individu untuk merebut kekuasaan. politk moral ini lebih pada pola pembangunan karakter (character building).

Selanjutnya banyak sekali dimensi probelmatika dan kepentingan di dalam kampus yang menjadi bagian dari pengorganisiaran kampus. Tulisan ini tidak mampu secara detil membahasnya, karena keterbatasan kemampuan serta minimya pengetahuan tentang kampus, juga butuh intensifitas untuk melakukan peneliti dan pengamatan. Dus, untuk melakukan pengorganisiran kampus yang perlu di rubah adalah mind set setiap kader organisasi. Nah untuk itu setiap individu musti memahami paparan berikut:

 

1.      Mengapa Kampus menjadi institusi strategis?

Di dalam kampus banyak berkumpul calon intelektual-intelektual muda yang progresif, ini adalah satu asset yang jarang dimiliki oleh lembaga yang lainnya semisal dinas atau satker bahkan mungkin tidak dimiliki oleh organisasi massa baik basis umum maupun keagamaan. Inilah yang menjadikan kampus asset yang luarbiasa dan strategis.

Kampus memang menjadi “yang terpilih” dan dinobatkan sebagai ajang berkumpulnya kompetensi yang bermacam latar belakang histories. Keberagaman inilah yang menjadikan dinamika kehidupan menjadi lebih menarik. Secara teoritis dengan latar histories yang berbeda itu justru menjadikan pergesekan-pergesekan dan gejolak-gejolak untuk saling mengasah. Hasil dari pergesekan itulah menghasilkan kader kualitas yang mampu bersaing di zona yang lebih besar. Artinya semakin kompleks dan beragam manusia yang mengisi kampus maka semakin besar proses pergesekan (pemikiran) di dalamnya. Dan secara otomatis menghasilkan bibit intelektual yang lebih berkualitas.

Jika dirunut di beberapa tempat atau kampus yang memiliki tingkat homogenisitas yang kecil umumnya menghasilkan manusia-manusia yang kurang berbobot “kurang kuat” dalam kompetisi dengan dunia luas. Meskipun tidak sepenuhnya terjadi demikian.  Konklusinya tetap bahwa kampus menjadi salah satu institusi yang sangat strategis membangun basis gerakan organisasi. Mengapa kampus menjadi basis kekuatan? karna kampus juga memiliki banyak subyek dan kelompok di dalamnya.

 

2.      Siapa Kelompok yang berpengaruh itu?

Di dalam kampus ada beberapa kelompok yang memiliki pengaruh besar diantaranya adalah lembaga atau pengelola, unit kemahasiswaan, dosen atau tenaga fungsional. Ketiganya ini yang langsung bersentuhan di dalam kampus. Dan ada pula pengaruh dari luar kampus, hal ini tetap dimaksudkan dalam rangka pengorganisiran kampus yaitu latar belakang (pendidikan, kedaerahan, organisasi sebelumnya, organisasi kemasyarakatan semisal NU, Muammadiyah dll)

Secara umum setiap kelompok ini saling mempengaruhi dalam pengorganisiran kampus. Maka diperlukan alat ukur yaitu analisis SWOT atau Analisis Stakeholder untuk mengetahui besaran kekuatan kelemahan potensi dan hambatannya serta strategi apa dan pendekatan apa yang tepat untuk melakukan perorganisiran kampus. Endingya adalah tercapainya visi dan misi organisasi.

Lembaga atau pengelola adalah pemegang kebijakan, siapa yang ada disana akan memiliki pengaruh yang signifikan. Untuk itu perlu ada pendekatan dan kedekatan baik secara cultural, structural dan emosional. Ini untuk mengarahkan kepada keuntungan mekanis gerakan dan juga keuntungan taktis organisasi.

Unit kemahasiswaan atau yang lebih sering disebut UKM adalah salah satu organisasi yang keberadaanya resmi diakui oleh lembaga, maka di Unit ini disediakan fasilitas dan pendanaan yang cukup memadahi. Unit ini sebenarnya adalah sebuat satuan kegiatan yang lebih focus pada bidang tertentu, menguasai setiap bidang yang ada adalah bukti kompleksitas kemampuan sebuah organisasi. Jadi untuk apa memahami struktur, lembaga, subyek dan pergelutan di dalam kampus?

 

3.      Karena Kampus sebagai media menggalang kekuatan

Melihat dari paparan di atas dan dari besarnya potensi kampus maka sangat mungkin kampus menjadi medan magnet yang saling tarik-menarik atau tolak-menolak antar kekuatan yang lebih besar di luar kampus. Menggalang kekuatan di didalamnya adalah sebuah keniscayaan. Bagaimana cara untuk menggalang kekuatan? salhsatunya menciptakan distribusi massif ke semua lini dan melakukan pendidikan seintensif mungkin. Menguasai kampus akan menjadi efek balik (flashback) terhadap kemampuan dan kualitas organisasi. Kembali gunakan Analisis SWOT atau Analisis Stakeholder untuk mengarahakn kemana kita melangkah dan dengan apa atau apa yang harus dimiliki?

 

4.      Prinsip dan teknis melakukan pengroganisiran kampus

People love to win. If you’re not totally clear about the purpose of what you’re doing, you have no chance of winning

a.       Model Buffer, Lingkar dan Kantung

Posisi Buffer sebagai bangunan induk dari suatu organisasi membuat orang-orang dalam Buffer benar-benar adalah seorang kader. Buffer sendirilah yang menangani masalah jaringan, kerja-kerja gerakan yang bersifat umum dari berbagai lingkar dan kantung yang ada. Buffer juga berperan sebagai organ payung yang merupakan sentra informasi.

1.      Lapis I (PIONER) : Adalah kader yang menjaga tujuan organisasi tetap pada garisnya dan bertugas untuk merancang kerja-kerja Buffer ke arah depan. Kader lapis I ini adalah orang-orang yang merumuskan platform, pola pengkaderan dan pelatihan.

2.      Lapis II(BARISAN PELOPOR) :Adalah Calon kader, harus mampu menunjukkan etos kerjanya (mengingat kerjaannya dilingkar dan kantung), ini memegang Posisi penting dalam garis massa, karena dari merekalah pola pengorganisiran dan mobilisir bisa berjalan,

3.      Lapis III ( Barisan Penunjang ) : Adalah anggota dari OG, adalah lapisan yang menjaga kerja-kerja legal (sama dengan Anggota, seperti diatas).

4.      Lapis IV ( Pelopor Lingkar) : Adalah anggota yang ada dalam lingkar yang kemudian mengerjakan kerja teknis di lingkar, Kapasitas bisa sebagai anggota dan simpatisan.

5.      Lapis V ( Pelopor Kantung ) : Adalah lapis yang mengerjakan teknis di Kantung dan mulai untuk dikentali menuju lingkar-lingkar yang ada.

6.      Lapis VI ( Simpatisan ) : Adalah barisan yang cukup rentan dipengaruhi oleh organ lain, biasanya masih dalam taraf proses pencarian dan mulai di tajamkan pengetahuan di kantung-kantung dan mulai diajakin untuk lebih mengenal 3 pilar kekuatan mahasiswa.

b.      Pola Pengorganisiran

Dalam pengorganisiran tiap organ gerakan memerlukan sebuah metode yang pas sesuai keadaan dan siruasi di basis masing-masing. Pola gerakan yang selalu memecah diri demi tercapainya tujuan membuat gerakan terlihat sangat rapi padahal, kalau kita introsepsi diri masih banyak celah-celah yang dapat digunakan orang untuk ngintip kekuatan serta kelemahan kita. Dalam teknik pengorganisiran terkait dengan cara apa yang kita pakai, seperti bagan dibawah ini :

Untuk Basis Kampus dan Massa Mahasiswa

: Garis Koordinasi à

: Hubungan Organisasional à

: Koordinasi Organisasional

c.       Manajemen Konflik

Manajemen konflik adalah bagaimana dalam suatu organisasi bisa memanaje konfliknya sekecil mungkin. Didalam organ gerakan kemungkinan konflik dalam tubuh gerakan sangat rentan sekali. Banyak sekali persoalan-persoalan yang ada lewat dalam keseharian organ gerakan. Dalam manajemen konflik, dikenal istilah-istilah :
1. Win-win Solution
2. Win-Lose Solution
3. Lose-lose Solution
Dalam manajemen konflik dibutuhkan bangunan team yang solid untuk mengarahkan jalannya konflik. Team ini yang akan mementahkan semua intrik atau kemungkinan konflik yang terjadi.

d.      Psikologi Massa

Bicara tentang psikologi massa adalah berbicara tentang kebutuhan, tujuan sampai taraf pembelajaran. Banyak sekali diperlukan kejernihan dan ketenangan. Prinsip yang harus dipegang dalam psikologi massa adalah “Salah atau Benar saya telah berpikir”, sehingga ada penyiapan langkah-langkah terburuk untuk menghadapi gejala-gejala yang terjadi. Mainan adalah hal yang disukai massa, bagaimana kader bisa memberikan ruang kepada massa dimana ia bisa mengekspresikan diri, mau kemana?, Disini juga seorang kader mampu membaca lingkungan yang ada disekililing massa dan membuat langkah –langkah untuk memanaje-nya. Ex: bagaimana di kantung banyak yang Bete, seorang kader harus mengetahui betul 5 W + 1 H dan memanaje dengan SWOT atau metode yang lainnya.

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.

Teknik ini dibuat oleh Albert Humphrey, yang memimpin proyek riset pada Universitas Stanford pada dasawarsa 1960-an dan 1970-an dengan menggunakan data dari perusahaan-perusahaan Fortune 500

  
SUKSESS….!!!

0 komentar:

Posting Komentar