Senin, 09 Juni 2014

Makalah Akidah Akhlak Ghadab, Ghibah, Takabur, Fitnah, Ujub, SUm'ah dan Riya

Makalah Akidah Akhlak
Menghindari Perilaku Ghadhab, Ghibah, Takabur, Fitnah, Ujub, Sum’ah, Riya’
 Oleh:
Mistiyah
STAIN Jurai Siwo Metro

Manusia adalah makhluk Allah yang dimuliakan dan dijadikan-Nya sebagai khalifah dimuka bumi dengan tugas pokok mengabdikan diri kepada Allah SWT.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyaat (51) :56)
Agar manusia mampu menjadi hamba Allah yang ideal dengan tugas pokoknya mengabdikan diri, Allah sebagai Dzat yang maha bijaksana telah menurunkan syari’at Islam yang bersumber kepada Al-Quran dengan mengutus Muhammad SAW sebagai Rosul-Nya untuk
menjelaskan kandungan syari’at Islam dan sekaligus memberikan contoh nyata bagaimana mengaflikasikan itu semua dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan potensi akal yang telah dianugrahkan Allah untuk dapat menyerap dan memahami apa yang Allah kehendaki dari hamba-Nya melalui penjelasan dan contoh dari Rasulullah SAW, dengan potensi hati yang dimiliki untuk dapat menentukan pilihan jalan hidup sesuai dengan kehendak-Nya, ditambah dengan potensi jasad yang sempurna, sudah seharusnya manusia itu mampu untuk menampilkan diri sebagai khalifah yang senantiasa ideal dalam melakukan pengabdiannya kepada Allah SWT, karena Allah SWT telah menyediakan pedoman hidup yang sempurna yakni Alqur’an dan Hadits .



1.      Ghadhab (Pemarah)
Ghadhab asal kata bahasa arab yang artinya marah, sedangkan pemarah adalah orang yang lekas (mudah) marah. 
Adapun bentuk-bentuk marah bermacam-macam ada kalanya kelihatan dari wajahnya yang cemberut, mata yang melotot, berkata-kata kasar dan kotor hingga kadang-kadang sampai terjadi perkelahian, Sebagaimana sabda Rosullah SAW yang Artinya : “Bahwasanya marah itu merusak iman, seperti barang yang pahit merusak madu”.
Rasulullah bersabda: “Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Rasulullah saw bersabda” Bukanlah orang kuat itu orang yang kuat dalam bergulat. Orang kuat yang sebenarnya adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah.”

Bahaya Sifat Pemarah
1.      Merugikan diri sendiri maupun orang lain.
2.      Merupakan sumber pertengkaran, percekcokan dan menimbulkan kebencian dan permusuhan
3.      Lebih membawa kerusakan dan kemudlorotan bagi dirinya maupun orang lain.
4.      Permasalahan tidak dapat diselesaikan dengan baik
5.      Menyebabkan terputusnya tali persaudaraan sesama muslim.

Cara Menghindari Pemarah
1.      Lebih baik mengalah dari pada menimbulkan kerusakan yang lebih besar. Mengalah bukan berarti kalah kan…?
2.      Jangan bicara yang menyinggung perasaan orang lain, jika salah kita ingatkan dengan cara yang baik.
3.      Selalu memberi maaf dengan tulus ikhlas, sebagaimana firman Allah :

2.      Ghibah
Ghibah dalam bahasa kita disebut mengumpat dan mengunjing adalah menyebut atau memperkatakan seseorang dibelakang dirinya dengan apa yang dibencikan, ghibah terjadi disebabkan dari dengki, mencari muka atau berolok-olok dengan tujuan untuk menjatuhkan martabat orang yang diumpat.
Menggunjing merupakan dosa yang sangat menjijikan, karena Allah SWT telah mencelanya, bahka orang yang melakukannya, disamakan dengan pemakan bangkai saudaranya. Allah SWT berfirman,
وَلاَيَغْتَب بَّعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ تَوَّابُُ رَّحِيمُُ.
Janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yaang lain.Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Hujurat (49) :12)
Dan Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ
Setiap Muslim atas Muslim yang lainnya diharamkan, darahnya, hartanya dan kehormatannya.(HR. Muslim, dari Abu Hurairah r.a)
Sebab-sebab ghibah dan namimah antara laian:
Dendam dalam hati.
Rasa dengki atas kesuksesan yan telah diraih orang lain.
Handak menunjukkan kelebihan sendiri dengan merendahkan dan mengejek orang lain.

Cara menghindarinya aadalah:
Menyadari bahwa setiap orang mempunyai kekurangan dan kelebihan, masing-masing diberi potensi yang berbeda oleh Allah swt.
Koreksilah dirimu sendiri sebelum mengoreksi orang lain.
Bersikap obyektif terhadap semua orang.
Menyadari setiap orang bisa saja salah tidak mungkin seterusnya benar.
Jangan mendengarkan orang yang suka mengadu domba, pasti suatu saat kita akan kena getahnya.

3.      Takabur
Takabur dibedakan menjadi dua macam yaitu :
Takabbur Bathiniah adalah sifat takabur yang ada di dalam jiwa, bersembunyi dalam hati  dan tidak terlihat oleh mata. Seperti sifat merasa besar dan merasa lebih pandai. Takabur ini dinamakan juga takabur kibir.
Takabbur Dhahir/lahiriyah adalah  perbuatan yang dapat dilihat  atau dilakukan oleh anggota badan/gerak gerik manusia sebagai perwujudan sikap dari takabur batin, seperti  merendahkan dan menyepelekan orang lain.

Takabur merupakan sifat tercela yang harus dijauhi oleh setiap orang muslim, karena sangat berbahaya baik  bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dan sekaligus dibenci oleh Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. An - Nahl 23 :
 



Artinya : "Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong".
Sifat takabur itu biasanya timbul karena orang itu terlalu menghormati dirinya tanpa peduli atau tidak mau menghormati orang lain. Dia merasa dirinya yang paling benar dan hebat sehingga menganggap orang lain kecil, remeh, dan hina. Dia tidak mau dinasehati, tidak suka menerima saran atau anjuran orang lain, itulah ciri-ciri orang takabur atau sombong.
Sikap takabur selain dibenci Allah juga akan menutup pintu surga. Apalagi jika sombong kepada Allah ia akan masuk neraka jahanam. Seperti dijelaskan dalam dalil-dalil berikut :
Artinya  :  "Tidak akan masuk surga orang yang dalam hatinya ada sebesar biji sawi dari kesombongan". (HR. Muslim)
1.    Ciri-ciri orang Takabbur antara lain
a.         Suka memuji dan membaggakan diri, harta, ilmu, keturunan dan sebagainya
b.        Suka meremehkan orang lain
c.         Suka mencela dan mengkritik orang lain dengan keritik yang menjatuhkan
d.        Memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain
e.         Berlagak berbicara
f.         Belebih-lebihan dalam berpakaian

2.    Akibat negatif dari sifat takabur :
a.         Merusak hubungan dan pergaulan antar sesama (silaturrahim).
b.        Dikucilkan orang lain/dibenci teman.
c.         Hatinya tidak tenang dan memperkecil pribadinya sendiri.
d.        Berdosa dan sengsara di akhirat karena terhalang masuk surga.
e.         Diancam dengan siksa api neraka jahanam.        

3.    Cara menjauhi sifat takabur :
a.       Selalu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
b.      Senantiasa mensyukuri kenikmatan yang diberikan oleh Allah SWT.
c.       Menghormati orang lain dan menghargai pendapatnya.
d.      Menjalin silaturrahim dengan orang lain.

4.       Fitnah
Fitnah adalah suatu sipat yang tercela , suatu usaha seseorang untuk mencemarkan nama baik seseorang, sehingga orang yang tidak mengerti persoalan menganggap bahwa fitnah itu benar. Sehingga opini masyarakat akan negative kepada kelompok atau seseorang yang kena fitnah tersebut. Memfitnah adalah sifat tercela dan hukumnya adalah haram, Fitnah ini merupakan tindak lanjut dari sifat dengki .Firman Allah swt :

Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. ( QS. Al-baqarah ayat 193 )

5.      Ujub
Sufyan Ats-Tsauri rohimahumulloh, meringkas definisi ujub sebagai berikut: “Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri sehingga seolah-olah dirinyalah yang paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi perkara haram lebih suci jiwanya ketimbang dirinya”
Imam Syafi’i rohimahumulloh berkata : “Baransgsiapa yang mengangkat-angkat diri secara berlebihan, niscaya Allah akan menjatuhkan martabatnya” Orang yang terkena penyakit ujub akan memandang remeh dosa-dosa yang dilakukannya dan menganggapnya bagai angin lalu.
Nabi SAW telah mengabarkan kepada kita dalam sebuah hadits: “Orang yang jahat akan melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya, dengan santai dapat diusirnya hanya dengan mengibaskan tangan. Adapun seorang mukmin melihat dosa-dosanya bagaikan duduk di bawah kaki gunung yang siap menimpanya” (HR. Bukhari)

6.      Sum’ah
Pengertian sum’ah secara istilah/terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya -yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi- kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.
Dalam Fathul Bari, Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Bahwa riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah; sedangkan sum’ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. Sehingga, menurutnya semua riya itu tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia.
7.      Riya’
Secara syar’I, para ulama berbeda pendapat dalam memerikan definisi riya’, namun intinya sama, yakni seorang melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun ia lakukan bukan karena Allah melainkan tujuan dunia.
Al Qurthubi mengatakan,” hakekat riya’adalah mencari apa yang ada di dunia dengan ibadah dan arti asalnya adalah mencari tempat di hati manusia”[lihat: Al Ikhlas, DR Umar Sulaiman Al Asyqor]  Jadi riya’ adalah melakukan ibadah untuk mencari perhatian manusia sehingga mereka memuji pelakunya dan ia mengharapkan pengagungan dan pujian serta penghormatan dari orang yang melihatnya. [lihat : Fathul Bari 11/336, Al Ikhlas wa Syirkul Asghor hal 9].
Orang riya’ ingin memperlihatkan superioritas dirinya kepada manusia.
Orang riya’ ingin mendapatkan bagian keduniawian dari amal perbuatannya.
Orang riya’ mencari amal perbuatan yang mestinya hanya antara dirinya dengan Allah, tetapi dengan bertujuan kepada selain Dzat Allah Subhanahu wa Ta’ala Yang Maha Mulia, dan selain kehidupan akhirat. Orang yang riya’ ingin melakukan suatu ibadah yang telah diperintahkan Allah, akan tetapi ia melakukannya bukan karena Allah.
Menghindari perilaku ujub, riya dan sum’ah yaitu dengan
1.      Kita harus sadar dan tahu bahwa yang kita perbuat itu benar dan baik.
2.      Upayakanlah dalam setiap waktu untuk mengingat Allah; sesering mungkin 'berbisik-bisik' dengan Allah (mengeluh dan mengadu hanya kepada Allah)
3.      Sadarlah bahwa Allah senantiasa mengetahui gerak-gerik kita.
4.      Ketahuilah hanya Allah yang akan mengganjar semua amal perbuatan kita semua.
5.      Kita senantiasa melihat orang lain lebih baik di sisi Allah dari diri kita sendiri.



4 komentar:

  1. Baru kali ini ketemu Blog dari lampung, salam kenal tetap semangat dan terus berkarya
    Mampir ke blog saya : Primajayaboedipunya.blogspot.com

    BalasHapus
  2. @Prima Jaya. Trimakasih atas kunjungannya

    BalasHapus
  3. Saya merasa penjelasan santai, berdasar dan mudah dipahami.

    mungkin ada baiknya klw bisa ditempel di fb atau yg lainnya dgn kalimat yg lebih singkat tanpa mengurangi makna.

    Good job
    Salam sukses.
    Semoga barokah.

    BalasHapus
  4. subhanallah,smoga kita bisa terhindar dari sifat yt tercela ini

    BalasHapus