Senin, 20 Mei 2013

Salah Asuhan "Salah Asupan" Cerita Masa Lalu Terbaru


Salah Asupan

Ini adalah judul yang coba saya berikan sebagai pemahaman dari tulisan ini tentang mispersepsi yang samapai hari ini baru saya sadari. Yaitu berawal dari ketidak fahaman saya akan sebuah pelajaran esde yang dulu pernah saya
jalani tepatnya pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Pada pokok bahasan sastra guru sering menyebut kata “Salah Asuhan” inilah pokok kata yang saya persoalkan. Mengapa demikian, ya karna baru-baru ini setelah hamper 15 tahun lalu saya mendapat dan mendengar kata ini namun baru ngeh, baru tau sejatinya Salah Asuhan itu adalah sebuah nama, bukan sebuah kejadian atau perilaku.

Pengalaman ini mungkin tidak berharga bagi hamper semua orang atau bahkan tidak berpengaruh sama skali. Namun bagi saya ini adalah sebuah penyesalan yang luar biasa mengapa pelajaran yang sejatinya 15 tahun lalu saya fahami baru saya tau secara pasti saat ini. Dan penyesalan ini ada kaitan erat dengan ttindakan saya atau juga tindakan yang tlah dilakukan oleh guru saya terhadap saya.

Artinya begini bukan menyalahkan guru, tapi juga sebagai evaluasi karena memang saya yang tidak pernah menanyakan makna atau maksud dari kata “Salah Asuhan” namun saya merasa tidak sepenuhnya bersalah dalam hal ini. Untuk seusia saya itu sangat tidak mungkin berpikir secara logis atau analitis untuk menanyakan secara detil maksud dari sebuah kata-kata. Maka untuk sesusia saya pada waktu itu akan mencerna kata-kata dengan apa adanay sesuai pemahaman masing-masing. Kata ini benar-benar mengandung ambifalensi setelah saat ini saya tau. Ya Salah Asuhan itu dapat bermakna sebuah perilaku yang salah dari orang tua galam mengasuh anak. Sehingga disebut “Salah Asuhan”. Tapi kata ini juga bias menjadi Nama Orng, atau ini nama sebuah Kumpulan Artikel, Tema sebuah kumpulan Puisi, atau Nama orang. Jadi banyak makna yang ada di dalamnya.

Lalu dimana kesalahnnya, sebagaimana saya katakana di atas bahwa anak seusia saya pada waktu itu tidak mungkin berpikir selogis dan se analitis ini utnuk menganalisa sebuah kata-kata, sehingga tak mungkin pula saya menanyakannya karena tidak ada yang meragukan apalagi ketidak jelasan dalam kata ini karena persepsi sya sudah matang dengan imajinasi yang saat itu saya terima. Kesadaran psikologis yang harus disadari oleh guru pada saya yang saat itu menjadi ganjalan, bagaimana maksudnya. Ya.. guru tentu harus lebih faham secara psikologis dengan kondisi saya yang mencerna informasi yang diterima dengan apa adanya. Ksadaran psikologis itu harusnya diketahui oelh guru untuk secara terang tanpa harus ditanyakan menjelaskan kata demi kata dan membedakan ambivalensi dari kata ini agar imajinasi saya dan mungkin beberapa kawan sekelas saya agar tidak liar menafsirkan sekehendak hati kata “Salah Asuhan” ini dengan perilaku seorang tokoh yang salah mengasuh anaknya.
Dan inilah yang yang saya sesalkan kenapa baru sekarang saya memahami itu, jadi catatan pentingnya adalah saya sebagai orang tua hendaknya memebri kata-kata yang sedikit memilki makna ganda. Karena anak akan jarang sekali menanyakannya tapi ia akan mengingatnya dan dijadikan dasar hujjah dalam berbicara terhadap orang lain. Bahkan sampai saat ini ada beberapa hal yang sering saya gunakan sebagai penjelelasan eh ternyata apa yang saya katakana salah, setelah saya temukan kejelasannya. Sbagai guru dan orang tua, pahami jiwa anak, kita yang orang dewasa harus lebih tau apa yang harus dilakukan.

0 komentar:

Posting Komentar